Ikhlas
Hujan sore ini rupanya telah berdiskusi, sepakat memperkeruh suasana hati dengan rindu-rindu kecil yang tak beraturan.
Tak cukup waktu lama untuk menyadarkan diri bahwa saat ini, rinduku tak lagi termiliki.
Maka, cukupkan. Apa lagi? Sahur diriku yang paling dalam
Seperti melewati jalan kemarin petang, mengulang fase hidup yang tentu tak terlalu mengagetkan.
Bukankah ini tak ada apa-apanya? Jika dibandingkan dengan luka kemarin malam,
Bukankah kali ini sudah mampu berjalan meski tetap menunduk, tidak lagi memapah dengan menengadah.
Itu sudah lebih baik.
Bukahkah memang ikhlas adalah hal dasar yang harus kita kuasai sebagai manusia?
Terlalu banyak hal didunia dan tak mungkin harus dimiliki semua.
Sebab ikhlas adalah hal yang paling dasar untuk dilakukan dan diakui setelah mampu menerima keadaan.
Sampai pada saat nanti, kamu paham bahwa bertahan tidak pernah semanis berTuhan(Allah), dan meninggalkan manusia tak ada apa-apanya dengan menunggalkan Sang pencipta.
Jadi ikhlaskan, yakin bahwa tidak akan ada luka di depan sana.
Mari berjalan perlahan, meng-iya-kan pintanya malam itu, dan meng-iya-kan inginmu suatu kelak nanti.
Yaitu, tumbuh dan membaik.
Terima kasih pada diriku, terima kasih sudah sehebat ini.
Komentar
Posting Komentar